Friday, June 12, 2020

Pengertian Filsafat, Ciri-ciri, dan Cabang-cabangnya - Filsafat Ilmu

Pengertian Filsafat, Ciri-ciri, dan Cabang-cabangnya - Filsafat Ilmu


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata filsafat menunjukkan pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab asal dan hukumnya. Manusia filosofis adalah manusia yang memiliki kesadaran diri dan akal sebagaimana ia juga memiliki jiwa yang independen dan bersi . Secara umum filsafat berarti upaya manusia untuk memahami segala sesuatu secara sistematis, radikal, dan kritis. Berarti filsafat merupakan sebuah proses bukan sebuah produk. Maka proses yang dilakukan adalah berpikir kritis yaitu usaha secara aktif, sistematis, dan mengikuti pronsip-prinsip logika untuk mengerti dan mengevaluasi suatu informasi dengan tujuan menentukan apakah informasi itu diterima atau ditolak. 



PENGERTIAN FILSAFAT


Filsafat berasal dari kata Yunani yang tersusun dari dua kata, philein dalam arti cinta, dan shops dalam arti hikmat (wisdom). Orang arab memindahkan kata Yunani philosophia kedalam bahasa mereka dengan menyesuaikan dengan tabiat susunan kata-kata Arab yaitu: falsafah dengan pola: fa’lala, fa’lalah dan fi’lal. Dengan demikian kata benda dari kata kerja falsafa seharusnya falsafah dan filsafat.

Menurut catatan sejarah, kata ini pertama kali digunakan oleh phytagoras, seorang filosof yunani yang hidup pada 582-496 sebelum Masehi. Cicero (106-43 SM), seorang penulis romawi terkenal pada zamannya dan sebagian karyanya masih dibaca hingga saat ini, mencatat bahwa kata filsafat dipakai Phytagoras sebagai reaksi terhadap kaum cendikiawan pada masanya yang menamakan dirinya ahli pengetahuan, Phytagoras menyatakan bahwa pengetahuan itu begitu luas dan terus berkembang. Tiada seorangpun yang mungkin mencapai ujungnya. Jadi jangan sombong menjuluki diri kita ahli dan menguasai ilmu pengetahuan, apalagi kebijaksanaan. Kata Phytagoras, kita ini lebih cocok dikatakan sebagai penari dan pecinta pengetahuan dan kebijaksanaan, yakni filosof.

filsafat bisa dibilang tatanan cara berfikir ilmiah, sistematis, radikal dan universal. Ilmiah artinya mempunyai kaidah dan prosedur keilmuan, sistematis artinya ada aturan yang tertata dengan rapi, radikal artinya berfikir mendalam sampai ke akar akarnya, universal artinya menyeluruh ke segala aspek kehidupan.

Berfilsafat diawali dengan keinginan untuk berfikir tentang ketahuan dalam diri kita. Ketahuan kita tentang:

Apa yang disebut benar dan salah = logika.
Apa yang disebut dengan baik dan buruk = etika.
Apa yang disebut dengan indah dan jelek = estetika.

Melalui filsafat adalah tahu apa yang harus dipikirkan dari tahu apa yang tidak harus dipikirkan. Manusia digolongkan dalam kerja pikirannya menjadi empat golongan, yakni:

Ada manusia, dia tahu bahwa dia tahu, maka dia dapat diikuti (menjadi tempat bertanya).
Ada manusia, tahu bahwa dia tidak tahu, maka dia dapat diajari untuk menjadi tahu.
Ada manusia, tidak tahu bahwa dia tahu, maka dia harus digugah dan dibangunkan agar dia mencari tahu.
Ada manusia, tidak tahu bahwa dia tidak tahu, maka dia harus diperingatkan untuk berusaha menjadi tahu.


CIRI-CIRI BERFIKIR FILSAFAT


Berfilsafat itu berfikir, tapi tidak semuanya itu berpikir dikatakan berfilsafat. Berpikir non falsafi dibedakan menjadi dua, yaitu:

Berpikir Tradisional

Berpikir tradisional, yaitu berpikir tanpa mendasarkan pada aturan-aturan berpikir ilmiah. Artinya berpikir yang hanya mendasarkan pada tradisi atau kebiasaan yang sudah berlaku sejak nenek moyang, sehingga merupakan warisan lama.

Berfikir Ilmiah

Berfikir Ilmiah yaitu berfikir yang memakai dasar-dasar/aturan-aturan pemikiran ilmiah, yang diantaranya:
a. Metodis
b. Sistematis
c. Objektif
d. Umum.

Berfilsafat termasuk dalam berfikir namun berfilsafat tidak identic dengan berpikir. Sehingga, tidak semua orang yang berpikir itu mesti berfilsafat, dan bisa dipastikan bahwa semua orang yang berfilsafat itu pasti berfikir. Misalnya, seorang siswa yang berpikir bagaimana agar bisa lulus dalam Ujian Akhir Nasional (UAN), maka siswa ini tidaklah sedang berfilsafat atau berfikir secara filsafat, melainkan berpikir biasa yang jawabannya tidak memerlukan pemikiran yang mendalam dan menyeluruh. Oleh karena itu, ada beberapa ciri berpikir secara filsafat, yaitu:

1. Metodis 
Menggunakan metode, cara, jalan yang lazim digunakan oleh para filsuf dalam proses berpikir filsafati.

2. Sistematis
Dalam berpikir, masing-masing unsur saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu keseluruhan, sehingga dapat tersusun suatu pola pemikiran yang filosofis.

3. Koheren
Dalam berpikir unsur-unsurnya tidak boleh mengandung uraian yang bertentangan satu sama lain, namun juga memuat uraian yang logis.

4. Rasional
Harus mendasar pada kaidah berpikir yang benar (logis).

5. Komprehensif
Berpikir secara menyeluruh, artinya melihat objek tidak hanya dari satu sisi/sudut pandang, melainkan secara multimediasional. Disinilah perlunya filsafat dan ilmu pengetahuan saling menyapa dan menjenguk.

6. Radikal
Berpikir secara mendalam, sampai akar yang paling ujung, artinya sampai menyentuh akar persoalannya, esensinya.

7. Universal
Muatan kebenarannya sampai tingkat umum universal, mengarah pada pandangan dunia, mengaruh pada realitas hidup dan realitas.


CABANG FILSAFAT


Ketika kita membahas fasal riwayat filsafat antara lain kita singgung, bahwa dalam satu masa filsafat mencakup semua ilmu-ilmu khusus, dan bahwa dalam perkembangan selanjutnya ilmu-ilmu khusus itu satu demi satu memisahkan diri dari induknya, filsafat.

Selama dan setelah renaissance, matematika dan fisika melepaskan diri dari filsafat. Selanjutnya ilmu-ilmu lainnya pun menyusul memisahkan diri pula dari induknya. Psikologi menjadi ilmu yang terlepas dari filsafat pada masa belakangan ini, malahan di beberapa institute psikologi masih terpaut dengan filsafat.

Setelah filsafat ditinggalkan oleh anak-anaknya (ilmu-ilmu khusus), filsafat tidak mati, tetapi hidup dengan corak baru, yaitu sebagai “ilmu istimewa” yang mencoba memecahkan masalah yang tidak terpecahkan oleh ilmu-ilmu khusus. Yang menjadi pertanyaan selanjutnya ialah, apa-apa sajakah yang masih merupakan bagian dari pada filsafat dalam coraknya yang baru ini.persoalan ini membawa kita kepada pembicaraan tentang cabang-cabang filsafat.
Setiap ahli dilsafat mempunyai pembagian filsafat yang satu sering berbeda dari yang lainnya. Berikut adalah beberapa macam diantara pendapat para ahli:

Dr M.J. Langeveld

Menulis, maka filsafat dapat kita berikan sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari tiga lingkungan masalah, yaitu:

1. lingkungan masalah-masalah keadaan (metafisika manusia, alam dan seterusnya).
2. Lingkungan masalah-masalah pengetahuan (wissenschaftslehre: teori kebenaran, teori pengetahuan, logika).
3. Lingkungan masalah-masalah nilai (teori nilai, etika, estetika, yang bernilai berdasarkan religi).

Prof Alburey Castell 

Guru besar filsafat di University of Oregon, membagi masalah-masalah filsafat atas enam bagian, yaitu:

1. Theological Problem (masalah Teologis).
2. Metaphysical Problem (masalah Metafisika).
3. Epistemological Problem (masalah Epistemologi).
4. Ethical Problem (masalah Etika).
5. Political Problem (masalah Politik).
6. Historical Problem (masalah Sejarah).

Dr. Richard H.Popkin dan Dr. Avrum Astroll

Dalam buku mereka bersama berjudul Phylosophy made simple membagi pembahasan mereka atas tujuh bagian (yang diberinya nama Section), yaitu:

1. Section I Ethies (Etika).
2. Section II Political Philosophy (Filsafat Politik).
3. Section III Metaphysics (Metafisika).
4. Section IV Philosophy of Religion (Filsafat Agama).
5. Section V Theory of Knowledge (Teori Pengetahuan).
6. Section VI Logic (logika).
7. Section VII Contemprorary Philosophy (filsafat kontemporer). 

Harry Hamersma 

Membagi cabang-cabang filsafat menjadi empat bagian, keempat bagian itu yaitu:

1. Filsafat tentang pengetahuan:
a. Epistemologi.
b. Logika.
c. Kritik ilmu.

2. Filsafat tentang kenyataan menyeluruh:
a. Metafisika umum (ontology)
b. Metafisika khusus
        a) Teologi metafisika.
        b) Anthropologi.
        c) Kosmologi.

3. Filsafat tentang tindakan:
a. Etika.
b. Estetika.
4. Sejarah filsafat.

Berdasarkan pembagian cabang filsafat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tampak demikian luas bidang menlaahan filsafat itu. Padahal, cabang-cabang tersebut masih dapat diperinci lagi menjadi ranting-ranting, dan sebagiannya bahkan berkembang menjadi bidang filsafat yang berpengaruh. Hal ini kembali kepada ciri filsafat bahwa ia bersifat umum, universal dan iltimate (tertinggi). Jadi, ilmu apa pun difinalkan dengan pembahasan fundamen filosofis dari ilmu dan disiplin itu.



Referensi

Syarif Hidayatullah, Relasi filsafat dan Agama, dalam jurnal Filsafat: Perspektif Islam, vol.40,             Nomor 2, Agustus 2006 (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada).

Harun Nasution, Falsafat Agama, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1991).

Nur A. Fadhil Lubis, Pengantar Filsafat Umum, (Medan: IAIN Press, 2011).

Syafaruddin, Filsafat Ilmu, (Bandung: Cita Pustaka Media Perintis, 2008).

Muhammad Syukri Albani Nasution dan Rizki Muhammad Haris, Filsafat Ilmu, (Depok: PT Raja           Grafindo Persada).

Saifuddin Anshari, Ilmu, Filsafat dan Agama, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1982),



No comments:

Post a Comment

Sumber-sumber Hukum Islam

 Sumber-sumber Hukum Islam      Sebagaimana yang kita ketahui bersama, Islam merupakan agama yang tegas dan bijaksana dalam menetapkan suatu...