Thursday, June 18, 2020

Persamaan dan Perbedaan Antara Filsafat, Ilmu dan Agama

    Antara filsafat, ilmu dan agama ketiganya sangat berkaitan dan berhubungan dalam hal mencari kebenaran yang ingin kita ketahui, manusia selalu bersifat ingin tahu tentang apa yang membuat penasaran ataupun apa yang ingin diketahuinya, lewat keingintahuannya tersebut manusia bisa menggunakan 3 metode (filsafat, ilmu dan agama) dalam mencapai suatu kebenaran.



    Dalam keterkaitan hubungan antara filsafat, ilmu dan kebenaran, terdapat pula persamaan serta perbedaan didalamnya, berikut penjelasannya: 

Persamaan : 

    Persamaan yang paling pokok dari filsafat ilmu dan agama adalah sama-sama bertujuan untuk mencari kebenaran. 

    Dalam mencari kebenaran, ilmu pengetahuan melalui metode ilmiahnya berupaya untuk mencari kebenaran. metode ilmiah yang digunakan adalah dengan cara melakukan penyelidikan atau riset untuk membuktikan atau mencari kebenaran apa yang ingin diketahuinya tersebut.
    
    Filsafat dengan juga dalam mencari kebenaran menggunakan caranya tersendiri, dimana filsafat berusaha menemukan hakikat sesuatu baik tentang alam, manusia maupun tentang Tuhan. 


    Agama juga dengan karakteristiknya tersendiri yang memberikan jawab atas segala persoalan asasi, baik itu perihal tentang alam, manusia dan Tuhan.

Perbedaan :

    Dibalik persamaan diatas, timbul suatu perbedaan yang mencolok antara ketiga aspek tersebut, dimana ilmu dan filsafat bersumber dari akal fikiran ataupun rasio manusia. Sedangkan agama bersumberkan wahyu dari Tuhan.

    Ilmu pengetahuan dalam mencari kebenaran dapat ditelusuri dengan berbagai cara melakukannya, yaitu dengan penyelidikan (riset), pengalaman (empiri), dan bisa juga dengan percobaan (eksperimen). Kebenaran yang diperoleh melalui ilmu pengetahuan dengan cara penyelidikan tersebut adalah kebenaran positif, yaitu kebenaran yang masih berlaku sampai dengan ditentukannya kebenaran atau teori yang lebih kuat dalil atau alasannya.

    Sedangkan cara filsafat dalam menemukan kebenaran atau kebijakan adalah dengan cara penggunaan akal budi atau rasio yang dimiliki manusia secara mendalam, menyeluruh, dan universal. Kebenaran yang diperoleh atau ditemukan oleh filsafat adalah murni hasil dari pemikiran (logika) manusia, dengan cara perenungan yang membuatnya berfikir secara mendalam (radikal) tentang hakikat segala sesuatu (metafisika). Kebenara filsafat adalah kebenaran spekulatif, berupa dugaan yang tidak dapat dibuktikan secara empiris, riset, maupun eksperimen.


    Sementara gama mengajarkan kebenaran ataupun memberi jawaban tentang berbagai masalah asasi melalui wahyu yang diturunkan oleh Tuhan ataupun kitab suci yang berupa firman Tuhan. Kebenaran agama bersifat mutlak (absolut), karena ajaran agama adalah wahyu yang diturunkan langsung oleh Tuhan.





Referensi : 

A. Susanto, Filsafat Ilmu : Suatu Kajian Dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan Akiologis, (Jakarta :
        Bumi Aksara, 2016)

Wednesday, June 17, 2020

Teori Kebenaran : Koherensi, Korespondensi, Pragmatisme

    Ilmu, dalam upaya untuk menemukan kebenaran, mendasarkan dirinya kepada beberapa kriteria kebenaran. Kriteria tersebut atau sering juga disebut sebagai teori adalah kriteria koherensi, korespondensi dan pragmatisme.



1. Koherensi (coherence theory)

    Teori ini dikembangkan oleh kaum idealis dan sering disebut juga teori konsistensi atau teori saling berhubungan. Koherensi merupakan teori kebenaran yang mendasarkan diri kepada kriteria tentang konsistensi suatu argumentasi. Sekiranya terdapat konsistensi dalam alur berpikir, maka kesimpulan yang ditariknya adalah benar. Sebaliknya, jika terdapat argumentasi yang tidak bersifat konsisten, maka kesimpulan yang ditariknya adalah salah. Secara keseluruhan, argumentasi yang bersifat konsisten tersebut juga harus bersifat  koheren untuk dapat disebut benar. Artinya jalur-jalur pemikiran yang masing-masing bersifat konsisten seluruhnya, maka juga harus terpadu secara utuh (koheren), baik ditinjau dari lingkup argumentasi, maupun dikaitkan dengan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya yang dianggap benar.

    Landasan koherensi inilah yang dipakai sebagai dasar kegiatan keilmuan untuk menyusun pengetahuan yang bersifat sistematis dan konsisten. Pantasnya sebuah piramida terbalik, ilmu menyusun tubuh pengetahuannya secara konsisten berdasarkan pengetahuan ilmiah sebelumnya.

    Bockhenski berpendaapt bahwa kebenaran itu terletak pada adanya kesesuaian antara suatu benda atau hal dengan pikiran atau idea. Titus dkk berpendapat bahwa “kebenaran itu adalah system pernyataan yang bersifat konsisten secara timbal balik, dan tiap-tiap pernyataan yang bersifat konsisten secara timbal balik, dan tiap-tiap pernyataan memperoleh kebenaran dari system tersebut secara keseluruhan.

    Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa berdasarkan teori koherensi satu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya dianggap benar. Contohnya, pernyataan “diluar hujan turun”, adalah benar apabila pengetahuan tentang hujan adalah (air yang turun dari langit) bersesuaian dengan keadaan cuaca yang mendung, gelap dan temperature dingin dan fakta-fakta yang menunjang. 


Kesimpulan teori koherensi:

Kebenaran adalah kesesuaian antara suatu pernyataan dengan pernyataan-pernyataan lainnya yang sudah
        lebih dahulu kita ketahui.

Teori ini dinamakan juga teori justifikasi atau penyaksian tentang kebenaran, karena menurut teori ini
        suatu putusan dianggap benar apabila mendapat penyaksian-penyaksian atau jutifikasi oleh putusan-
        putusan lainnya yang terdahulu yang sudah diketahui, diterima, diakui kebenarannya.

Ukuran dari teori ini adalah konsistensi dan persisi.

2. Korespondensi (corespondance theory)

    Dimana eksponen utamanya adalah Bertrand Russel (1872-1970). Korespondensi merupakan teori kebenaran yang mendasarkan diri kepada kriteria tentang kesesuaian antara materi yang dikandung oleh suatu pernyataan dengan objek yang dikenai pernyataan tersebut. Artinya, bila kita menyatakan bahwa “gula itu rasanya manis” maka pernyataan itu adalah benar sekiranya dalam kenyataannya gula itu rasanya memang manis. Sebaliknya jika kenyataan tidak sesuai dengan materi pernyataan yang dikandungnya, maka pernyataan itu adalah salah.

    Kebenaran adalah kesesuaian pernyataan dengan fakta, yang berselaras dengan realitas, yang serasi dengan situasi actual. Titus dkk berpendapat “kebenaran adalah persesuaian antara pernyataan tentang fakta itu sendiri.

    Ilmu tidak saja mengandalkan pikiran dalam menyusun pengetahuan yang bersifat rasional, konsisten dan sistematis berdasarkan kriteria koherensi, tetapi sekaligus juga mengandalkan panca indra untuk menguji apakah pernyataan yang dihasilkan oleh proses berpikir tersebut juga sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya berdasarkan kriteria korespondensi.

    Dengan demikian pengetahuan ilmiah bukan saja merupakan tubuh pengetahuan yang bersifat rasional, konsisten dan sistematis tetapi juga telah teruji kebenarannya. Sifat-sifat inilah yang membentuk ilmu menjadi pengetahuan yang dapat diandalkan, yang memungkinkan ilmu menempati kedudukan terhormat dalam deretan pengetahuan yang ada sekarang ini. 


Kesimpulan teori Korespondensi:

Menurut teori ini kita mengenal 2 hal yaitu, pernyataan dan kenyataan.
Kebanaran adalah kesesuaian antara pernyataan tentang sesuatu dengan kenyataan itu sendiri. 

3. Pragmatisme (Pragmatic theory)

    Teori ini dicetuskan oleh Charles S. Pierce (1839-1914). Teori ini menganggap suatu pernyataan teori atau dalil itu memiliki kebenaran bila memiliki kegunaan dan manfaat bagi kehidupan manusia. 

    Kaum pragmatis menggunakan kriteria kebenarannya dengan kegunaan (utility), dapat dikerjakan (workability), dan akibat yang memuaskan (statisfactory consequence). Oleh karena itu, tidak ada kebenaran yang mutlak atau tetap, kebenarannya tergantung pada kerja, manfaat dan akibatnya.

    Pragmatisme adalah hal yang mengagumkan bahwa ilmu dan teknologi memegang peran penting dalam membentuk peradaban manusia dewasa ini. Boleh dikatakan bahwa tidak ada pilihan lain bagi setiap bangsa yang ingin membangun kehidupannya, selain menguasai ilmu dan teknologi tersebut. Namun demikian, kebenaran ilmiah tidaklah bersifat mutlak, melainkan bersifat pragmatis. Suatu kebenaran ilmu dalam kurun waktu tertentu, mungkin saja akan dipandang salah dalam kurun waktu yang lain. Bagi kegiatan keilmuan, hal ini bukan merupakan masalah, karena dalam menilai kegunaan pengetahuan yang disusunnya, ilmu mendasarkan diri kepada kriteria pragmatisme.

    Pragmatisme merupakan teori kebenaran yang mendasarkan diri kepada kriteria tentang berfungsi atau tidaknya suatu pernyataan dalam lingkup ruang dan waktu tertentu. Jadi, bila suatu teori keilmuan secara fungsional mampu menjelaskan, meramalkan dan mengontrol gejala alam tertentu, maka secara pragmatis teori itu adalah benar. Sekiranya dalam waktu yang berlainan muncul teori lain yang (lebih) fungsional, maka kebenaran kita alihkan kepada teori baru tersebut. Secara pragmatis, dunia keilmuan memberikan preferensi kepada teori yang bersifat umum (universal) dibandingkan denga teori-teori sebelumnya. 

Kesimpulan Teori Pragmatis:

    Kebenaran suatu pernyataan dapat diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat pragmatis atau fungsionalis dalam kehidupan. 

    Bagaimanapun, ilmu sekedar alat yang berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol gejala alam. Bila suatu pengetahuan ilmiah bersifat fungsional dalam kurun waktu tertentu, yang mencerminkan situasi peradaban manusia waktu itu, maka secara relative pengetahuan itu adalah benar.



Referensi :

Syafaruddin, Filsafat Ilmu, (Bandung: Cita Pustaka Media Perintis, 2008),

Pengertian Pengetahuan, Jenis dan Fungsinya - Filsafat Ilmu

Pengertian Pengetahuan, Jenis dan Fungsinya - Filsafat Ilmu


    Istilah ilmu dan pengetahuan diambil dari bahasa Arab, alima, ya’lamu, ‘ilman yang berarti mengerti dan memahami benar-benar. Dalam bahasa Inggris istilah ilmu berasal dari kata Science, yang berasal dari bahasa latin Scienta dari bentuk kata kerja scire, yang berarti mempelajari dan mengetahui. Untuk lebih lanjut akan kita ulas dari beberapa sumber pengertian, jenis-jenis dan fungsi pengetahuan dibawah ini.



Pengertian Pengetahuan


    Pengetahuan adalah segala hal yang diketahui manusia sebagai proses dan produk dari rasa dan kapasitasnya untuk mengetahui sesuatu. Umumnya pengetahuan seseorang tentang sesuatu dimulai dari adanya rangsangan dari suatu objek. Rangsangan itu menimbulkan rasa ingin tahu (curiosisity) yang mendorong seseorang untuk melihat, menyaksikan, mengamati, mengalami dan sebagainya.

    Pengetahuan manusia dapat dibeda-bedakan dari berbagai segi. Dari segi asalnya, ada pengetahuan yang berasal dari indera, yang disebut pengetahuan indrawi (sensual knowledge) kita tahu bahwa bunga mawar di kebun rumah kita berwarna merah, berkat indra  mata. Harum semerbak berkat indra penciuman. Berduri berkat kulit kita pernah menyentuhnya.

    Dari himpunan berbagai cerapan pengetahuan indrawi, manusia kemudian berpikir dan berpikir, hingga ia menyimpulkan dan menghimpun pengetahuan hasil olahan otak yang berpikir. Pengetahuan jenis ini sering disebut pengetahuan rasional (rational knowledge).

    Disamping indra dan akal, manusia juga dilengkapi oleh hati, kalbu dan nurani. Hasil cerapan indera kemudian ditnggapi dan disikapi oleh rasa manusia. Supaya jelas, mari kita lihat kembali bunga mawar tadi. Dengan melihat bunga mawar yang indah dan wanginya yang semerbak, timbullah appresiasi dan inspirasi untuk menuangkannya dalam karya seni, baik lukisan maupun puisi. Inilah yang disebut karya seni (art work).
Manusia adalaah satu-satunya makhluk hidup yang mengembangkan pengetahuan ini secara sungguh-sungguh. Makhluk lain seperti binatang juga mempunyai pengetahuan, namun pengetahuannya sebatas untuk kelangsungan hidupnya (survival). Pengetahuan ini mampu dikembangkan manusia disebabkan dua hal utama, yakni:

Manusia mempunyai bahasa yang mampu mengomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatar
        belakangi informasi tersebut.
Manusia mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan bagus karena mempunyai kemampuan
        berpikir menurut satu alur tertentu.

    Secara garis besar cara berpikir seperti ini disebut dengan penalaran. Binatang atau hewan mampu berpikir namun tidak mampu berpikir nalar. Insting binatang jauh lebih peka dari pada insting insinyur geologi, binatang atau hewan sudah jauh-jauh mencari tempat untuk perlindungan yang aman sebelum gunung meletus. Namun binatang tidak bisa menalar tentang gejala tersebut mengapa gunung meletus, faktor apa yang menyebabkan gunung itu meletus dan apa yang dilakukan untuk mencegah semua itu terjadi.

    Dua kelebihan inilah yang memungkinkan manusia mengembangkan pengetahuannya yakni, bahasa yang bersifat komunikatif dan pikiran yang mampu menalar. Tentu saja tidak semua pengetahuan berasal dari proses penalaran, sebab berpikirpun tidak semua berdasarkan penalaran. Manusia bukan semata-mata makhluk yang berpikir, sekerdar homo sapiens yang steril. Manusia adalah makhluk yang berpikir, merasa, mengindra dan totalitas pengetahuannya berasal dari ketiga sumber tersebut, disamping wahyu, yang merupakan komunikasi yang pencipta dengan makhluknya. Jadi dasar-dasar pengetahuan itu ada empat yaitu penalaran, logika, sumber pengetahuan dan kriteria kebenaran.


Pengetahuan Menurut Beberapa Ahli

Harun Nasution (1985)

Berpendapat bahwa pengetahuan pada hakikatnya adalah keadaan mental (mental state). Mengetahui sesuatu ialah menyusun pendapat tentang sesuatu itu, dengan kata lain menyusun gambaran dalam akal tentang fakta yang ada.

Dr. Mohammad Hatta 

Menulis bahwa pengetahuan yang didapat dari pada pengalaman disebut “pengetahuan pengalaman” atau ringkasnya “pengetahuan”. Pengetahuan yang didapat dengan jalan keterangan disebut ilmu.

Dr M.J. Langeveld

Guru besar di “Rijk Universiteit” Utrecht, ini mengatakan bahwa pengetahuan itu adalah kesatuan subyek yang mengetahui dan obyek yang diketahui. Suatu kesatuan dalam mana obyek itu dipandang oleh subyek sebagai diketahuinya.

James K.Feibleman 

Merumuskan,  pengetahuan sama dengan hubungan antara objek dan subjek.

Max Scheler (1874-1928) 

filsuf bangsa jerman, berpendapat bahwa pengetahuan dapat dirumuskan sebagai partisipasi oleh suatu ralita dalam suatu realita yang lain, tetapi tanpa terjadinya modifikasi-midifikasi dalam kualitas yang lain itu. Sebaliknya subyek yang mengetahui, dipengaruhi.


Jenis-jenis Pengetahuan


Pengetahuan manusia dapat pula dikategorikan kepada tiga jenis, yaitu:

a. Pengetahuan indrawi

    Pengetahuan ini meliputi semua fenomena yang dapat dijangkau secara langsung oleh pancaindra. Kita tahu bahwa bunga mawar di kebun rumah kita itu berwarna merah, berkat indra mata. harum semerbak berkat indra pencuiman. Berduri karena kulit kita pernah menyentuhnya. Batas pengetahuan ini adalah sesuatu yang tidak tertangkap oleh pancaindra. Kedudukan knowledge ini adalah penting sekali, karena ia merupakan tangga untuk menuju ilmu.

b. Pengetahuan keilmuan

    Pengetahuan ini meliputi semua fenomena yang dapat diteliti dengan riset atau eksperimen, sehingga apa yang berada di balik knowledge bisa terjangkau lagi oleh rasio, atau otak dan pancaindra.

c. Pengetahuan falsafi

    Pengetahuan ini mencakup segala fenomena yang tak dapat diteliti, tetapi dapat dipikirkan. Seperti halnya dengan bunga mawar tadi, dengan melihat bunga mawar yang indah dan wanginya yang semerbak, timbullah appresiasi dan inspirasi untuk menuangkannya dalam karya seni, baik lukisan maupun puisi.

    Hendrik Rapar, mengemukakan bahwa jenis pengetahuan itu dibagi tiga. Sedangkan Burhanuddin Salam, sebagaimana dikutip oleh Amsal Bakhtiar jenis pengetahuan ada empat, yaitu:

Pengetahuan biasa

    Pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan sebagai (common sense), dan sering diartikan sebagai (good sense), karena seseorang memiliki Sesuatu di mana ia menerima secara baik. Semua orang menyebut warna ini putih karena memang itu putih. Air itu panas karena memang dipanasi dengan api. Makanan bisa mengganjal rasa lapar, dll. Common sense diperoleh dari pengalaman sehari-hari. Pengetahuan ini disebut dengan pengetahuan pra ilmiah dan nir ilmiah.

Pengetahuan ilmu (science) 

    Adalah pengetahuan yang diperoleh lewat penggunaan metode-metode ilmiah yang lebih menjamin kepastian kebenarannya. Ilmu pada hakikatnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan commons sense, suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode. 

Pengetahuan filsafat. 

    Diperoleh lewat pemikiran rasional yang didasarkan pada pemahaman, spekulasi, penilaiaan kritis dan penafsiran. Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu. Kalau ilmu hanya pada satu bidang pengetahuan yang sempit dan rigit, filsafat membahas hal yang lebih luas dan mendalam. Filsafat biasanya memberikan pengetahuan yang reflektif dan kritis, sehingga ilmu yang tadinya kaku dan cenderung tertutup menjadi longgar kembali.

Pengetahuan agama 

    Pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat para utusan-Nya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama. Pengetahuan mengandung beberapa hal yang pokok, yaitu ajaran tentang cara berhubungan dengan Tuhan, yang disering disebut dengan hubungan secara vertikal (hablun min Allah), dan cara berhubungan dengan sesama manusia (hablun min al-nas). Pengetahuan agama yang paling penting adalah pengetahuan tentang tuhan, selain itu tentang keyakinan (keimanan) dan syariat (implementasi dari keyakinan). Pengetahuan ini sifat kebenarannya adalah mutlak karena berasal dari firman Tuhan dan sabda Nabi.

    Gabungan dari berbagai pengetahuan atas indrawi, seni dan rasional, lalu diolah, dipikirkan, direnungkan dan dicari hakikatnya secara mendalam, sistematis, radikal dan universal. Pengetahuan tingkat ini disebut pengetahuan filsafat (philosophical knowledge).

    Pengetahuan pada dasarnya membicarakan pada tiga hal, yaitu: alam, Tuhan, dan Manusia. Semua objek tersebut masuk dalam kognitif manusia sehingga dia memiliki tahu dalam berbagai macam bidang yang kemudian diklarifikasikannya sendiri sesuai kreativitas dirinya terhadap pengetahuan, kebudayaan dan peradaban


Fungsi Pengetahuan


    Pengetahuan (knowledge) adalah proses dan hasil cerapan tahu manusia secara umum. Setelah ini, semua disistematiskan, disusun rapi dan ditata menurut metode dan sistematika tertentu, maka disebut ilmu pengetahuan (scine dalam arti luas). Ilmu pengetahuan manusia itu dibagi atas tingkatan tertentu sebagai berikut :

Ilmu pengetahuan deskriptif.
Ilmu pengetahuan normatif.
Ilmu pengetahuan kausal.
Ilmu pengetahuan essensi.

    Ilmu pengetahuan deskriptif memberikan jawaban atas pertanyaan apa (What is it?) dan bagaimana (How is it?). Sedangkan ilmu pengetahuan normative menjawab pertanyaan seharusnya bagaimana (How it Should be). Ilmu pengetahuan kausal berupaya menjawab pertanyaan apa yang terjadi jika dua fenomena atau lebih dihubungkan. Contohnya ilmu alam, menyelidiki apa reaksi dan relasasi antara berbagai obyek dan fenomena alam. Ilmu ekonomi, misalnya, meneliti apa hubungan persediaan dan permintaan (supply and demand) dalam mekanisme pasar. Ilmu pengetahuan essensi berupa mengungkapkan hakikat dari segala sesuatu.


    Ilmu pengetahuan tidak diciptakan untuk maksud mendirikan atau merobohkan satu bagian tertentu dari kepercayaan (iman), tetapi hanya untuk menguji dengan kritis apa saja yang datang kepadanya di dalam dunia wajar dan untuk mengakui realitasnya secara jujur. Jadi fungsi ilmu pengetahuan dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Fungsi Deskriptif

Yaitu menggambarkan, melukiskan, dan memaparkan suatu objek atau masalah sehingga mudah dipelajari oleh peneliti.

2. Fungsi Pengembangan

Yaitu melanjutkan hasil penemuan yang terdahulu dan menemukan hasil ilmu pengetahuan yang baru.

3. Fungsi Prediksi

Yaitu meramalkan kejadian-kejadian yang besar kemungkinan terjadi sehingga manusia dapat mengambil tindakan-tindakan yang perlu dalam usaha menghadapinya.

4. Fungsi Kontrol
Yaitu berusaha mengendalikan peristiwa-peristiwa yang tidak dikehendaki.



Referensi :

Nur A. Fadhil Lubis, Pengantar Filsafat Umum, (Medan: IAIN PRESS, 2011).

Muhammad Syukri Albani Nasution dan Rizki Muhammad Haris, Filsafat Ilmu, (Depok: PT Raja Grafindo 
    Persada, 2017).

Syafaruddin, Filsafat Ilmu, (Bandung: CITA PUSTAKA MEDIA PERINTIS, 2008).

Saifuddin Anshari, Ilmu, Filsafat dan Agama, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1982).

Friday, June 12, 2020

Pengertian Filsafat, Ciri-ciri, dan Cabang-cabangnya - Filsafat Ilmu

Pengertian Filsafat, Ciri-ciri, dan Cabang-cabangnya - Filsafat Ilmu


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata filsafat menunjukkan pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab asal dan hukumnya. Manusia filosofis adalah manusia yang memiliki kesadaran diri dan akal sebagaimana ia juga memiliki jiwa yang independen dan bersi . Secara umum filsafat berarti upaya manusia untuk memahami segala sesuatu secara sistematis, radikal, dan kritis. Berarti filsafat merupakan sebuah proses bukan sebuah produk. Maka proses yang dilakukan adalah berpikir kritis yaitu usaha secara aktif, sistematis, dan mengikuti pronsip-prinsip logika untuk mengerti dan mengevaluasi suatu informasi dengan tujuan menentukan apakah informasi itu diterima atau ditolak. 



PENGERTIAN FILSAFAT


Filsafat berasal dari kata Yunani yang tersusun dari dua kata, philein dalam arti cinta, dan shops dalam arti hikmat (wisdom). Orang arab memindahkan kata Yunani philosophia kedalam bahasa mereka dengan menyesuaikan dengan tabiat susunan kata-kata Arab yaitu: falsafah dengan pola: fa’lala, fa’lalah dan fi’lal. Dengan demikian kata benda dari kata kerja falsafa seharusnya falsafah dan filsafat.

Menurut catatan sejarah, kata ini pertama kali digunakan oleh phytagoras, seorang filosof yunani yang hidup pada 582-496 sebelum Masehi. Cicero (106-43 SM), seorang penulis romawi terkenal pada zamannya dan sebagian karyanya masih dibaca hingga saat ini, mencatat bahwa kata filsafat dipakai Phytagoras sebagai reaksi terhadap kaum cendikiawan pada masanya yang menamakan dirinya ahli pengetahuan, Phytagoras menyatakan bahwa pengetahuan itu begitu luas dan terus berkembang. Tiada seorangpun yang mungkin mencapai ujungnya. Jadi jangan sombong menjuluki diri kita ahli dan menguasai ilmu pengetahuan, apalagi kebijaksanaan. Kata Phytagoras, kita ini lebih cocok dikatakan sebagai penari dan pecinta pengetahuan dan kebijaksanaan, yakni filosof.

filsafat bisa dibilang tatanan cara berfikir ilmiah, sistematis, radikal dan universal. Ilmiah artinya mempunyai kaidah dan prosedur keilmuan, sistematis artinya ada aturan yang tertata dengan rapi, radikal artinya berfikir mendalam sampai ke akar akarnya, universal artinya menyeluruh ke segala aspek kehidupan.

Berfilsafat diawali dengan keinginan untuk berfikir tentang ketahuan dalam diri kita. Ketahuan kita tentang:

Apa yang disebut benar dan salah = logika.
Apa yang disebut dengan baik dan buruk = etika.
Apa yang disebut dengan indah dan jelek = estetika.

Melalui filsafat adalah tahu apa yang harus dipikirkan dari tahu apa yang tidak harus dipikirkan. Manusia digolongkan dalam kerja pikirannya menjadi empat golongan, yakni:

Ada manusia, dia tahu bahwa dia tahu, maka dia dapat diikuti (menjadi tempat bertanya).
Ada manusia, tahu bahwa dia tidak tahu, maka dia dapat diajari untuk menjadi tahu.
Ada manusia, tidak tahu bahwa dia tahu, maka dia harus digugah dan dibangunkan agar dia mencari tahu.
Ada manusia, tidak tahu bahwa dia tidak tahu, maka dia harus diperingatkan untuk berusaha menjadi tahu.


CIRI-CIRI BERFIKIR FILSAFAT


Berfilsafat itu berfikir, tapi tidak semuanya itu berpikir dikatakan berfilsafat. Berpikir non falsafi dibedakan menjadi dua, yaitu:

Berpikir Tradisional

Berpikir tradisional, yaitu berpikir tanpa mendasarkan pada aturan-aturan berpikir ilmiah. Artinya berpikir yang hanya mendasarkan pada tradisi atau kebiasaan yang sudah berlaku sejak nenek moyang, sehingga merupakan warisan lama.

Berfikir Ilmiah

Berfikir Ilmiah yaitu berfikir yang memakai dasar-dasar/aturan-aturan pemikiran ilmiah, yang diantaranya:
a. Metodis
b. Sistematis
c. Objektif
d. Umum.

Berfilsafat termasuk dalam berfikir namun berfilsafat tidak identic dengan berpikir. Sehingga, tidak semua orang yang berpikir itu mesti berfilsafat, dan bisa dipastikan bahwa semua orang yang berfilsafat itu pasti berfikir. Misalnya, seorang siswa yang berpikir bagaimana agar bisa lulus dalam Ujian Akhir Nasional (UAN), maka siswa ini tidaklah sedang berfilsafat atau berfikir secara filsafat, melainkan berpikir biasa yang jawabannya tidak memerlukan pemikiran yang mendalam dan menyeluruh. Oleh karena itu, ada beberapa ciri berpikir secara filsafat, yaitu:

1. Metodis 
Menggunakan metode, cara, jalan yang lazim digunakan oleh para filsuf dalam proses berpikir filsafati.

2. Sistematis
Dalam berpikir, masing-masing unsur saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu keseluruhan, sehingga dapat tersusun suatu pola pemikiran yang filosofis.

3. Koheren
Dalam berpikir unsur-unsurnya tidak boleh mengandung uraian yang bertentangan satu sama lain, namun juga memuat uraian yang logis.

4. Rasional
Harus mendasar pada kaidah berpikir yang benar (logis).

5. Komprehensif
Berpikir secara menyeluruh, artinya melihat objek tidak hanya dari satu sisi/sudut pandang, melainkan secara multimediasional. Disinilah perlunya filsafat dan ilmu pengetahuan saling menyapa dan menjenguk.

6. Radikal
Berpikir secara mendalam, sampai akar yang paling ujung, artinya sampai menyentuh akar persoalannya, esensinya.

7. Universal
Muatan kebenarannya sampai tingkat umum universal, mengarah pada pandangan dunia, mengaruh pada realitas hidup dan realitas.


CABANG FILSAFAT


Ketika kita membahas fasal riwayat filsafat antara lain kita singgung, bahwa dalam satu masa filsafat mencakup semua ilmu-ilmu khusus, dan bahwa dalam perkembangan selanjutnya ilmu-ilmu khusus itu satu demi satu memisahkan diri dari induknya, filsafat.

Selama dan setelah renaissance, matematika dan fisika melepaskan diri dari filsafat. Selanjutnya ilmu-ilmu lainnya pun menyusul memisahkan diri pula dari induknya. Psikologi menjadi ilmu yang terlepas dari filsafat pada masa belakangan ini, malahan di beberapa institute psikologi masih terpaut dengan filsafat.

Setelah filsafat ditinggalkan oleh anak-anaknya (ilmu-ilmu khusus), filsafat tidak mati, tetapi hidup dengan corak baru, yaitu sebagai “ilmu istimewa” yang mencoba memecahkan masalah yang tidak terpecahkan oleh ilmu-ilmu khusus. Yang menjadi pertanyaan selanjutnya ialah, apa-apa sajakah yang masih merupakan bagian dari pada filsafat dalam coraknya yang baru ini.persoalan ini membawa kita kepada pembicaraan tentang cabang-cabang filsafat.
Setiap ahli dilsafat mempunyai pembagian filsafat yang satu sering berbeda dari yang lainnya. Berikut adalah beberapa macam diantara pendapat para ahli:

Dr M.J. Langeveld

Menulis, maka filsafat dapat kita berikan sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari tiga lingkungan masalah, yaitu:

1. lingkungan masalah-masalah keadaan (metafisika manusia, alam dan seterusnya).
2. Lingkungan masalah-masalah pengetahuan (wissenschaftslehre: teori kebenaran, teori pengetahuan, logika).
3. Lingkungan masalah-masalah nilai (teori nilai, etika, estetika, yang bernilai berdasarkan religi).

Prof Alburey Castell 

Guru besar filsafat di University of Oregon, membagi masalah-masalah filsafat atas enam bagian, yaitu:

1. Theological Problem (masalah Teologis).
2. Metaphysical Problem (masalah Metafisika).
3. Epistemological Problem (masalah Epistemologi).
4. Ethical Problem (masalah Etika).
5. Political Problem (masalah Politik).
6. Historical Problem (masalah Sejarah).

Dr. Richard H.Popkin dan Dr. Avrum Astroll

Dalam buku mereka bersama berjudul Phylosophy made simple membagi pembahasan mereka atas tujuh bagian (yang diberinya nama Section), yaitu:

1. Section I Ethies (Etika).
2. Section II Political Philosophy (Filsafat Politik).
3. Section III Metaphysics (Metafisika).
4. Section IV Philosophy of Religion (Filsafat Agama).
5. Section V Theory of Knowledge (Teori Pengetahuan).
6. Section VI Logic (logika).
7. Section VII Contemprorary Philosophy (filsafat kontemporer). 

Harry Hamersma 

Membagi cabang-cabang filsafat menjadi empat bagian, keempat bagian itu yaitu:

1. Filsafat tentang pengetahuan:
a. Epistemologi.
b. Logika.
c. Kritik ilmu.

2. Filsafat tentang kenyataan menyeluruh:
a. Metafisika umum (ontology)
b. Metafisika khusus
        a) Teologi metafisika.
        b) Anthropologi.
        c) Kosmologi.

3. Filsafat tentang tindakan:
a. Etika.
b. Estetika.
4. Sejarah filsafat.

Berdasarkan pembagian cabang filsafat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tampak demikian luas bidang menlaahan filsafat itu. Padahal, cabang-cabang tersebut masih dapat diperinci lagi menjadi ranting-ranting, dan sebagiannya bahkan berkembang menjadi bidang filsafat yang berpengaruh. Hal ini kembali kepada ciri filsafat bahwa ia bersifat umum, universal dan iltimate (tertinggi). Jadi, ilmu apa pun difinalkan dengan pembahasan fundamen filosofis dari ilmu dan disiplin itu.



Referensi

Syarif Hidayatullah, Relasi filsafat dan Agama, dalam jurnal Filsafat: Perspektif Islam, vol.40,             Nomor 2, Agustus 2006 (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada).

Harun Nasution, Falsafat Agama, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1991).

Nur A. Fadhil Lubis, Pengantar Filsafat Umum, (Medan: IAIN Press, 2011).

Syafaruddin, Filsafat Ilmu, (Bandung: Cita Pustaka Media Perintis, 2008).

Muhammad Syukri Albani Nasution dan Rizki Muhammad Haris, Filsafat Ilmu, (Depok: PT Raja           Grafindo Persada).

Saifuddin Anshari, Ilmu, Filsafat dan Agama, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1982),



Monday, June 8, 2020

Menjadi Kepala Rumah Tangga Yang Baik dalam Penjelasan Al-Qur'an

Menjadi Kepala Rumah Tangga Yang Baik dalam Penjelasan Al-Qur'an


    Islam mengajarkan bahwa laki laki adalah pemimpin dalam keluarga, sehingga mereka bertanggungjawab membimbing anggota keluarganya kejalan yang diridhai Allah. Syarat menjadi pemimpin adalah adanya kelebihan laki laki atas perempuan dan kemampuan mereka dalam menafkahi istri dan anaknya. Meskipun sebagian besar mufassir sepakat mengenai kepemimpinan laki-laki dalam keluarga, tetapi terdapat perbedaan pendapat terkait syarat seorang laki laki dapat menjadi pemimpin.





    Laki laki adalah pemimpin bagi perempuan, dan menempati kedudukan tinggi dalam keluarga sebagai “guru”. Pemahaman posisi laki-laki sebagai pemimpin keluarga yang harus dipatuhi perintahnya, Akibatnya kebahagiaan keluarga, bergantung pada komitmen suami dalam memimpin keluarga.

    Apabila suami dapat memimpin keluarganya ke jalan yang benar, tentu akan berdampak positif bagi kebahagiaan keluarga. Sebaliknya apabila suami tidak dapat menjadi teladan yang baik bagi keluarganya, maka keluarga akan memperoleh dampak negatif yang dapat menyengsarakannya. 

    Allah Ta’ala menggambarkan sosok dan sifat kepala keluarga ideal dalam beberapa ayat al-Qur-an, di antaranya dalam firman-Nya:

لرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka” (QS an-Nisaa’: 34).


    Inilah sosok suami baik, dialah lelaki yang mampu menjadi pemimpin dalam arti yang sebenarnya bagi istri dan anak-anaknya. Memimpin mereka artinya mengatur urusan mereka, memberikan nafkah untuk kebutuhan hidup mereka, mendidik dan membimbing mereka dalam kebaikan, dengan memerintahkan mereka menunaikan kewajiban-kewajiban dalam agama dan melarang mereka dari hal-hal yang diharamkan dalam Islam, serta meluruskan penyimpangan yang ada pada diri mereka.  Dalam ayat lain, Allah Ta’ala berfirman:

وَاذْكُرْ فِ ي الْكِتَابِ إِسْمَاعِيلَ إِنَّهُ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُولا نَبِيًّا. وَكَانَ يَأْمُرُ أَهْلَهُ بِالصَّلاةِ وَالزَّكَاةِ وَكَانَ عِنْدَ رَبِّهِ مَرْضِيً

 “Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam al-Qur’an. Sesungguhnya dia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi. Dan dia (selalu) memerintahkan kepada keluarganya untuk (menunaikan) shalat dan (membayar) zakat, dan dia adalah seorang yang di ridhoi di sisi Allah” (QS Maryam: 54-55).   

    Inilah potret hamba yang mulia dan kepala rumah tangga ideal, Nabi Ismail ‘alaihissalam, sempurna imannya kepada Allah, shaleh dan kuat dalam menunaikan ketaatan kepada-Nya, sehingga beliau ‘alaihissalam meraih keridhaan-Nya. Tidak cukup sampai di situ, beliau juga selalu membimbing dan memotivasi anggota keluarganya untuk taat kepada Allah, karena mereka yang paling pertama berhak mendapatkan bimbingannya.

Demukian pula dalam ayat lain, Allah Ta’ala berfirman:

والَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامً

 “Dan orang-orang yang berkata: “Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyejuk hati (kami), dan jadikanlah kami imam (panutan) bagi orang-orang yang bertakwa” (QS al-Furqaan: 74).


    Dalam ayat ini Allah Ta’ala memuji hamba-hamba-Nya yang beriman karena mereka selalu mendokan dan mengusahakan kebaikan dalam agama bagi anak-anak dan istri-istri mereka. Inilah makna “qurratul ‘ain” (penyejuk hati) bagi orang-orang yang beriman di dunia dan akhirat.

    Imam Hasan al-Bashri ketika ditanya tentang makna ayat di atas, beliau berkata: “Allah akan memperlihatkan kepada hambanya yang beriman pada diri istri, saudara dan orang-orang yang dicintainya ketaatan (mereka) kepada Allah. Demi Allah, tidak ada sesuatupun yang lebih menyejukkan pandangan mata (hati) seorang muslim dari pada ketika dia melihat anak, cucu, saudara dan orang-orang yang dicintainya taat kepada Allah Ta’ala”.

Mengenal Virus HIV, Gejala, dan Upaya Pencegahan

Mendengar kata HIV (Human Immunodeficiency Virus) pastinya sudah tidak asing lagi bagi kita, HIV (Human Immunodeficiency Virus) tergolong virus yang sangat berbahaya dan mematikan, apalagi sampai sekarang belum ada obat yang tepat untuk menyembuhkan penderita yang terserang virus tersebut, itu sebabnya virus ini sangat ditakuti dan diwaspadai oleh orang kebanyakan.



Untuk mencegah penularan ataupun terjangkitnya virus HIV (Human Immunodeficiency Virus), sebelumnya kita harus tahu terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan virus HIV (Human Immunodeficiency Virus).


APA ITU HIV (Human Immunodeficiency Virus) ?


HIV yang sama-sama kita ketahui, merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, HIV adalah virus yang menyerang ataupun dapat menginfeksi sel darah putih yang dapat menyebabkan turunnya kekebalan tubuh pada manusia. Virus ini juga menyebabkan penderitanya mengalami penyakit AIDS.


AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome, AIDS adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. Akibat dari menurunnya kekebalan tubuh pada sipenderita tersebut, maka akan sangat mudah si penderita terserang berbagai penyakit infeksi yang bisa berakibat fatal. 


Baca Juga : Manfaat Garam Untuk Kesehatan dan Kecantikan Kulit


GEJALA-GEJALA YANG TIMBUL PADA AIDS

Radang Paru-Paru

Radang Saluran Pencernaan

Radang Karena Jamur di Mulut dan Kerongkongan

Kangker Kulit

TBC

Gangguan Susunan Syaraf


Setelah timbul gejala diatas, gejala AIDS lainnya yang timbul juga mirip dengan yang terjadi pada penyakit lain, yaitu: 

Demam Berkepanjangan

Penurunan berat badan secara drastis (dalam 3 bulan lebih dari 10%)

Tubuh melemah dan mengganggu/menurunkan aktivitas fisik sehari-hari

Pembekakkan kelenjar pada leher, lipat paha dan ketiak

Diare atau mencret terus menerus tanpa sebab yang jelas

Batuk dan sesak nafas lebig 1 bulan terus menerus

Kulit gatal dan bercak-bercak merah kebiruan


PENCEGAHAN PENULARAN

Penularan virus HIV terdiri dari beberapa macam, virus HIV bisa menular melalui darah, Hubungan seksual, Alat suntik yang digunakan secara bergantian, dan bisa juga tertular melalui Ibu yang sedang mengandung anaknya. Berikut adalah upaya pencegahan dari penularan tersebut :

1. Pencegahan Penularan Melalui Darah

Pencegahan yang harus kita lakukan adalah yang pertama jika kita melakukan tranfusi darah, kita harus memastikan terlebih dahulu bahwa darah yang digunakan tidak tercemar HIV. ODHA (orang dengan HIV AIDS) disarankan tidak menjadi pendonor.

2. Pencegahan Melalui Hubungan Seksual

Dalam hal ini, disarankan tidak dan jangan melakukan hubungan seksual sebelum menikah (abstinence). Hubungan seksual hanya diperuntukkan bagi orang yang sudah menikah, apabila salah satu pasangan ada yang sudah terinfeksi virus HIV, maka dalam melakukan hubunhan seksual harus menggunakan pengaman (kondom) secara benar dan konsisten).

3. Pencegahan Melalui Alat suntik yang Digunakan Secara Bergantian

Tidak hanya alat suntik, alat-alat seperti cukur, alat tusuk untuk menindik dan tato juga perlu diperhatikan masalah kesterilisasinya. Lakukanlah tindakan disinfektan dengan menggunakan larutan disinfektan ataupun pemanasan. Dan untuk alat suntik, gunakanlah jarum suntik untuk sekali pakai saja, jangan gunakan satu jarum suntik ke pengguna lain. Gantilah jarum suntik jika sudah dipakai ke satu pengguna.

4. Pencegahan Penularan Ibu Yang Sedang Mengandung Anak

Kemumngkinan penularan dari ibu kepada anak bayinya itu sebesar 30-40%. Resiko ini akan bertambah semakin besar bila si ibu telah menunjukkan gejala AIDS. Oleh karena itu, ibu yang sudah terinfeksi HIV dianjurkan untuk mempertimbangkan kembali tentang kehamilannya. Selain itu pemberian makanan pada bayi oleh ibu ODHA yaitu mengutamakan pemberian ASI secara benar dan tepat.


Baca Juga : Cara Alami Menurunkan Berat Badan Tanpa Obat-Obatan


 PENGOBATAN

Pengobatan yang diperlukan oleh orang yang terinfeksi HIV AIDS adalah untuk mencegah komplikasi virus yang lebih lanjut dan untuk memperbaiki fungsi tubuh penderita akibat sistem kekebalan tubuh yang sudah rusak, Namun sampai sekarang belum ditemukan obat yang tepat untuk menyembuhkan penderita AIDS secara total.




Sumber : Slideplayer.info (HIV/AIDS PANJI HIDAYAT, M.Pd.) 


Tuesday, June 2, 2020

Cara Menurunkan Berat Badan Secara Alami

Cara Menurunkan Berat Badan Secara Alami


    Mempunyai berat badan yang ideal adalah impian bagi semua orang, selain untuk menjaga kepercayaan diri agar tetap berpenampilan menarik, tubuh yang ideal juga sangat berpengaruh pada kesehatan, pasalnya jika kita mempunyai berat badan yang tidak ideal tubuh kita akan gampang terserang penyakit metabolik, kelebihan lemak (obesitas) dan penyakit lainnya.




    Tubuh yang ideal dapat dihitung menggunakan rumus berat badan ideal, yaitu dengan mengurangkan tinggi badan yang kita miliki dengan angka seratus, lalu kalikan hasil pengurangan tersebut dengan bilangan desimal 90%, contoh :
BBI : (175-100).90%
        : 75.0,9
        : 67,5

Berdasarkan rumus tersebut, berat badan seorang yang mempunyai tinggi 175cm adalah 67,5

    Banyak orang yang ingin menurunkan berat badan dengan obat-obatan, dan tidak banyak juga yang mengetahui bahwa mengonsumsi obat-obatan tersebut dapat menyebabkan resiko yang berbahaya bagi tubuh karena kita tidak tahu apa yang terkandung dalam obat-obatan tersebut. Berikut ini adalah cara-cara yang alami untuk menurunkan berat badan tanpa menggunakan obat-obatan.

1. Hindari Makanan Yang Berminyak





    Makanan yang berminyak memiliki kadar lemak yang sangat tinggi, selain itu makanan yang tinggi lemak biasanya juga memicu tingginya kalori, ketika kita memakan makanan yang berminyak, jumlah minyak yang berlebih akan memberikan tekanan pada sistem pencernaan. 

    Jadi jika kamu sering mengonsumsi makanan yang mengandung minyak yang berlebih, kamu lama kelamaan akan merasakan kenaikan berat badan dan dapat memicu terjadinya kegemukan dan obesitas.

2. Kurangi Mengonsumsi Gula Yang Berlebihan





    Tingginya mengonsumsi gula juga dapat memicu terjadinya kenaikan berat badan. makanan dan minuman yang banyak mengandung gula terdapat banyak sekali kalori didalamnya. selain itu, mengonsumsi gula juga dapat meningkatkan nafsu makan, karena jika kita makan atau minum minuman yang mengandung gula kita tidak akan cukup dengan sekali makan, kebanyakan orang yang memakan makanan yang mengandung gula selalu ketagihan ingin memakannya lagi dan lagi.

    Jadi jika kamu sering mengonsumsi gula gterus menurus, lama kelamaan kamu juga akan merasakan kenaikan berat badan karena tanpa kamu sadari kalori yang masuk kedalam tubuh kamu sudah melebihi batas normal.



3. Banyak Mengonsumsi Air Putih/Air Mineral





    Ternyata dengan mengonsumsi air putih saja kamu dapat menjaga dan dapat menurunkan berat badan, hal ini dikarenakan air putih mengandung 0 kalori dan air putih yang kamu minum dapat mengurangi asupan makanan dan menimbulkan rasa kenyang

4. Rutin Berolahraga





    Tidak hanya menjaga kadar lemak dan kalori dalam tubuh, Kamu juga harus membakar lemak dan kalori tersebut dengan cara berolahraga secara rutin dan teratur untuk mendapatkan tubuh yang ideal, tidak perlu oalahraga yang terlalu berat, cukup dengan olahraga yang sederhana saja seperti bersepeda, lari, jalan santai dan sebagainya.


5. Mengonsumsi Makanan Rebusan





    Makanan yang diolah dengan cara direbus adalah metode mengolah makanan yang paling sehat, sebab makanan rebusan mengandung kadar lemak yang sedikit dan hampir tidak ada. Apalagi jika kamu makan makanan rebusan dari sayur-sayuran, seperti kentang, bayam, wortel dll. 

Selain dapat menurunkan berat badan, makanan rebusan juga sangat bermanfaat untuk kesehatan umum.



6. Menjadikan Buah-buahan Sebagai Cemilan





    Ngemil adalah salah satu cara seseorang untuk meredakan rasa laparnya, ada juga yang menjadikan ngemil sebagai hobinya, Namun kamu juga harus memperhatikan makanan cemilan kamu agar berat badan kamu tetap ideal. Kamu dapat memilih buah-buahan sebagai cemilan, karena buah-buahan mengandung banyak sekali vitamin yang bermanfaat bagi tubuh.

 7. Makan Saat Lapar Berhenti Sebelum Kenyang





    Ini merupakan resep hidup sehat yang diwariskan Nabi Muhammad SAW sebagaimana hal ini dikuatkan oleh pendapat Aisyah ra (istri Rasulullah SAW) "Dahulu Rasulullah SAW tidak pernah mengenyangkan perutnya dengan (mencapai) dua jenis makanan. ketika sudah kenyang dengan roti, beliau tidak makan kurma, dan ketika sudah kenyang dengan kurma, beliau tidak memakan roti". Resep ini dapat kita jadikan motivasi ataupun cara kita untuk menjaga pola makan agar badan kita tetap ideal dan pastinya sehat.

    Pada intinya kamu tidak harus melakukan diet ataupun mengonsumsi obat-obatatan untuk menurunkan berat badan, kamu cukup menjaga pola makanan yang teratur, sehat dan tidak berlebihan dalam mengonsumsi makanan.

Sumber-sumber Hukum Islam

 Sumber-sumber Hukum Islam      Sebagaimana yang kita ketahui bersama, Islam merupakan agama yang tegas dan bijaksana dalam menetapkan suatu...